7 Prioritas Pendidikan di Indonesia Pasca Pandemi – COVID-19 telah merubah langkah kami bekerja dan studi secara radikal. Hal ini menambahkan peluang bagi institusi untuk membayangkan lagi jaman depan pendidikan tinggi.
Proyek Contextualising Horizon kami dengan Australasian Society of Computers in Learning in Tertiary Education (ASCILITE) mengungkapkan beberapa tren kuat di Asia Pasifik, terhitung Indonesia, untuk mendukung mempersiapkan dan merencanakan apa yang menunggu sektor pendidikan tinggi di jaman depan.
7 Prioritas Pendidikan di Indonesia Pasca Pandemi
Bahkan sebelum akan pandemi, tekanan politik dan keuangan telah memotivasi institusi untuk mencari style alternatif pembelajaran, seperti kursus sertifikasi singkat dari universitas terakreditasi (kredensial mikro), untuk memperluas akses pada pendidikan dan menghasilkan pendapatan.
Pandemi terhitung memaksa universitas untuk menangani masalah lama seputar kesehatan mental dan kesenjangan aksesibilitas digital, yang makin meluas selama pandemi ini.
Tren-tren ini membuktikan adanya pergeseran dalam sektor pendidikan dan, sebagai konsekuensinya, nampak pemahaman bahwa sehingga pendidikan tinggi selamanya relevan, institusi mesti meninjau lagi model-model pembelajaran dan desain pengalaman universitas.
Sehubungan dengan perubahan ini, proyek kami mengidentifikasi tujuh prioritas teknologi dan praktik untuk pendidikan tinggi di kawasan Asia Pasifik.
1. Mendefinisikan lagi praktik pedagogi
Panelis mempertanyakan praktik lama, terhitung ujian dan perkuliahan, dan juga relevansinya dalam konteks pendidikan modern.
Pendekatan yang berpusat pada siswa, dibandingkan pendekatan yang berpusat pada guru, misalnya, dengan cepat jadi sebuah norma. Proyek Transforming Exams yang berbasis di Australia, contohnya, memiliki tujuan untuk menambahkan pengalaman autentik, memberdayakan pelajar dengan memakai alat elektronik terkomputerisasi spesifik tekun ilmu selama ujian berbasis kampus.
Salah satu studi membuktikan bahwa pendekatan pembelajaran aktif dan penilaian autentik menghasilkan pembelajaran siswa yang lebih menarik lingkungan, meningkatkan kelayakan kerja dan meningkatkan pembelajaran siswa.
Untuk mengakomodasi perihal ini, mungkin besar peran area universitas akan berkembang. Pelajar dapat memakai peluang untuk berkumpul di universitas dan tatap muka – tetapi terhitung memakai teknologi sosial untuk amat mungkin mereka studi lewat jaringan, dan berbagi dan juga berkolaborasi, lewat komunitas online.
Lembaga-lembaga di Indonesia dan negara-negara Asia Pasifik lainnya terhitung mesti pertimbangkan cara-cara untuk membangun kemampuan dan kepercayaan diri dalam praktik-praktik ini dan mengadopsi kebijakan dan pedoman seputar penggunaannya untuk mendukung meyakinkan penerapannya secara luas.
2. Perawatan diri dan kesejahteraan untuk staf dan siswa
Sepanjang pandemi ini, baik pelajar maupun staf institusi sering mengalami lockdown, isolasi sosial, dan beragam efek ekonomi, yang dapat berkontribusi pada stres mental maupun emosional.
Kami menyoroti persoalan seputar beban kerja dan kelelahan staf. Sebaliknya, siswa melaporkan mengalami isolasi selama pembelajaran jarak jauh. Hal ini penting untuk jaman depan sebab kami mesti meyakinkan beban kerja lagi ke tingkat sebelum akan pandemi, terutama bagi staf.
3. Model pembelajaran campuran
Pembelajaran campuran terdiri dari beragam pilihan penyampaian, terhitung pembelajaran hybrid atau dual learning yang menggabungkan pendekatan online dan offline.
Cara-cara baru dalam menambahkan peluang pembelajaran, terhitung streaming langsung dan fasilitasi online yang merupakan kombinasi kegiatan real-time, dengan sementara yang fleksibel dan mandiri, telah nampak sebagai kompetensi penting bagi guru.
Di semua dunia, telah berlangsung diskusi tentang langkah meningkatkan pengalaman siswa dengan pembelajaran campuran. Di Indonesia, perguruan tinggi konsisten coba style berikut dengan beragam cara.
Produksi bersama ilmu dan pengalaman adalah tujuan sebuah proyek di Toba, Sumatera Utara, Indonesia di mana e-learning adaptif mempertemukan mahasiswa dan dosen sebagai bagian dari tim desain untuk meningkatkan kinerja pembelajaran dan pemasaran di semua institusi.
Baca Juga: Mengenal Sistem Pembelajaran di Bangku Perkuliahan
4. Infrastruktur teknologi pendidikan
Seiring dengan makin banyaknya institusi yang memakai teknologi digital, infrastruktur teknologi pendidikan telah jadi ekosistem peralatan, konektivitas, dan aplikasi yang kompleks untuk mendukung pengajaran, administrasi, dan penelitian di universitas.
Mendukung ekosistem ini perlu investasi dari universitas, tidak cuma dalam perihal peralatan dan jaringan tetapi terhitung meyakinkan keamanan dan pemberian untuk memakai layanan.
Selain itu, mendukung staf dan pelajar dalam menavigasi ekosistem perlu pertimbangan yang cermat dalam desain mereka dan anggapan ke depan tentang bagaimana mempertahankan ekosistem ini di jaman depan.
Gedung Universitas Teknologi Sydney Central di Australia adalah contoh pendekatan ini.
Fasilitas ini, dirancang dengan pembelajaran sebagai intinya, menampilkan area pembelajaran berkapasitas tinggi yang amat mungkin kolaborasi dan kemampuan audiovisual untuk mendukung interaksi pelajar dan fasilitasi guru dalam beragam format campuran.
5. Konten yang dapat dibuka dan kesetaraan digital
Tujuan ke-4 dari Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) Perserikatan Bangsa-Bangsa adalah meyakinkan pendidikan berkwalitas yang inklusif dan adil untuk semua.
Institusi dapat berkontribusi pada tujuan ini lewat penerapan prinsip Desain Universal untuk Pembelajaran yang meyakinkan konten dapat di buka oleh semua orang, terhitung penyandang disabilitas, penduduk adat, dan mereka yang berada dalam ada masalah keuangan.
Aspek penting lainnya adalah kesetaraan digital, yang di definisikan oleh International Society for Technology in Education (ISTE) sebagai “memastikan siswa punya akses yang serupa pada teknologi, seperti perangkat, perangkat lunak, dan internet, dan bahwa mereka telah melatih para pendidik untuk mendukung siswa memakai alat-alat tersebut.”
Namun, Indonesia sementara ini punya kecepatan internet yang lambat di bandingkan negara lain secara global. Bahkan, pada tahun 2022, hampir 50% orang dewasa dari 275 juta penduduk, tidak punya akses pada internet.
Mengatasi tantangan konektivitas semacam ini mesti jadi pertimbangan penting bagi pemerintah dan instansi di Indonesia.
6. Desain bersama pendidikan tinggi
Dalam praktiknya, desain bersama mengumpulkan industri, staf pengajar dan pelajar untuk mendesain lagi kegiatan pembelajaran atau total kursus.
Metode dan filosofi desain bersama berpotensi amat mungkin sektor ini untuk bersama-sama menciptakan struktur, jalur, dan pemberian kelembagaan yang menangani tantangan dan laksanakan transformasi pada instansi dengan langkah yang lebih mewakili keperluan organisasi, staf, dan peserta didik.
Salah satu inisiatif berikut adalah Tahun Desain Bersama di Universitas Fulbright Vietnam, yang melibatkan mahasiswa dalam pengembangan beragam faktor lingkungan dan pengalaman universitas.
7. Kredensial mikro
Kredensial mikro dapat termasuk kursus tanpa kredit, kursus singkat dan pembelajaran profesional dan juga pendidikan industri.
Universitas RMIT Australia, contohnya, telah mengembangkan dan mengkurasi lebih dari 150 kursus singkat dan kredensial siap kerja, terhitung sejumlah kredensial yang di kembangkan lewat kemitraan dengan industri.
Meskipun terkandung kekurangan dalam kebijakan dan infrastruktur baik di tingkat nasional maupun kelembagaan, peningkatan keragaman penawaran kredensial mikro oleh penyedia lokal dan internasional dapat mendukung Indonesia mempercepat pemulihan ekonomi pascapandemi yakni dengan mencukupi peningkatan permohonan pelatihan kejuruan dan peluang studi di perguruan tinggi luar negeri.